Aku Harus Gimana?
Petang itu dihabiskan dengan menghirup aroma air hujan yang turun membasahi bumi. Derap langkah mulai terdengar, tanda orang-orang sudah beranjak dari tempat berteduh sesaat untuk melanjutkan perjalanan. Langit yang mendung pun disinari oleh cahaya jingga perpaduan mentari dan lentera jalanan. Gelisah. Itu adalah sebuah kalimat (atau lebih tepatnya, perasaan) yang terlintas di benak seseorang di sana. Ia yang tengah memandangi betapa waktu cepat menggerus habis kirana senja yang pekat menuju malam yang damai. Kala itu, seseorang banyak dibingungkan oleh kalimat indah. Di zaman seperti ini, di mana kalimat indah dengan tameng pengalaman adalah senjata yang kuat untuk menjadi alasan dalam melakukan sesuatu. Maka, ke mana arah angin, maka itulah yang dituju. Apa-apa yang dikatakan oleh orang lain, maka itu yang diikuti. Hingga tak sadar laksana layang-layang, dikendalikan. Oleh desir angin maupun oleh benang yang ditarik dan diulur oleh manusia lain. Begitulah,...