Tentang Pertemanan

Tiba-tiba, aku ingat. Bagaimana kita bertemu. Katakanlah, kita memulai petualangan kita di labirin itu.

Halo, siapa namamu? Entahlah, sudah berapa kali kata-kata itu diucapkan. Hanya untuk mencairkan sebuah suasana, atau lebih daripada itu. Memulai sebuah cerita.

Semuanya adalah perkiraan. Kukira, kita hanya kenal di pintu labirin. Kita hanya perlu mencairkan suasana satu sama lain. Senyum adalah awal yang bagus. Ternyata, kudapati kita bertemu di garis start. Akhirnya, kita terus bertemu hingga di perjalanan, kita selalu bersama.

Aku senang. Kau juga tampaknya senang. Belum ada sarkasme dari dirimu. Ah, dunia begitu indah kala kita berjalan bersama. Seperti, tidak ada kompetisi di antara kita. Padahal, niat awalku adalah berkompetisi.

Aku terus jatuh dan melupakan anganku. Terperangkap di labirin bersamamu lebih menyenangkan dibandingkan harus keluar dan bertemu dengan kompetitor lain. Akhirnya, kudapati bahwa, ya. Kebersamaan seperti pisau. Mengupas sesuatu, dan tak jarang, melukai sisi lain.

Tadinya kukira, sampai akhir, sampai kita keluar dari labirin, kita akan tetap bersama. Tapi ternyata, aku terlalu berlebihan. Kudapati, kau langsung saja pergi tanpa salam. Tanpa senyum. Seperti.. Aku adalah musuhmu. Menemui yang lain. Mendadak menyublim ke udara.

Kukira, aku sudah menemukan "sesuatu" yang layak disebut dengan sebutan "teman". Ternyata, aku salah.

Apakah aku yang berlebihan, atau kau yang tidak menyadarinya?

Untuk sebuah pertemanan. Arti sesungguhnya bukanlah di perjalanannya. Tapi, di akhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu