Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Karakter dan Perspektif

Gambar
       Manusia itu punya karakter yang berbeda-beda. Meskipun kembar, identik, tetap saja karakter menjadi pembeda. Ada klasifikasi karakter seperti melankolis, plegmatis, sanguinis, dan koleris , atau bahkan klasifikasi introvert, ekstrovert , dan ambitrovert . Pun 16 karakter dari MBTI, namun tetap saja. Andaikan ada 2 orang dengan klasifikasi karakter (kepribadian) yang sama, namun hal tersebut bukanlah indikator bahwa karakter mereka benar-benar sama. Pasti ada perbedaan. Berbicara tentang karakter manusia, setiap hari kita menemui banyak orang dengan karakteristik masing-masing. Ada yang terlihat arogan, namun ternyata murah senyum. Ada pula yang pendiam, namun ternyata di beberapa sisi, ia suka berbicara, dan lain sebagainya. Terkadang, karakter ini bersifat dinamis, ya? Mungkin, lingkup kita dalam kehidupan sehari-hari itu tidak sepenuhnya di satu tempat. Di sekolah dan di rumah, tentu berbeda. Di tempat les dan di ruang guru, tentu berbeda. Lalu, apa kaitanny

Meniti Jalan Bersama Orang Lain

Berbicara mengenai karakter manusia adalah hal yang menarik. Setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki karakter yang berbeda-beda, baik itu fisik maupun psikis. Walaupun kembar identik sekali pun, tetap saja ada yang menjadi titik-titik pembeda. Yang identik saja masih belum identik sempurna, apalagi yang tidak. Hari berganti hari, lembaran demi lembaran hidup terisi oleh berbagai cerita. Berbagai tinta dan gaya penulisan. Terkadang ada goresan yang begitu tajam lantas digantikan oleh tulisan halus yang menenangkan. Begitulah kita hidup. Selagi hari berganti, seiring bertemu dengan banyak orang, kita akan menemui banyak hal. Memahami keadaan, memahami orang lain, dan lain sebagainya. Hidup ini berinteraksi. Penuh dengan keterkaitan antara satu dengan yang lain. Namun, tidak selamanya jalan itu selalu mulus. Ketika memutuskan untuk melangkah keluar, bertemu dengan yang baru, maka akan kita dapati betapa banyak keindahan yang sirna seiring berjalannya waktu. Kita

Potret Privasi

Kalau kamu upload foto yang menyertakan wajahku, tolong blur atau dikasih stiker ya! Mungkin, permintaan di atas terasa cukup berlebihan. Lebay. Kalau dipikir-pikir, siapa juga yang peduli. Namun, tahukah kita kalau nilai akan privasi itu berbeda-beda bagi setiap orang?  Aku sempat bertemu dengan beberapa orang yang benar-benar menghindari kamera. Kala itu, aku heran dengan mereka.   Bukankah cuma foto? Orang-orang demikian cukup menarik perhatianku. Di sana aku mulai sadar sebuah pelajaran berharga, the value of privacy . Selain kasus yang disebutkan di atas, aku juga sempat bertemu dengan teman-teman yang tertutup dengan kehidupan pribadinya di media sosial. Mereka tidak pernah mengunggah sedikit pun potret mereka. Jangankan potret wajah, pun potret secangkir kopi adalah hal yang tidak bisa ditemukan di timeline mereka. Tidak ada informasi khusus tentang mereka. Padahal yang aku pahami saat itu; media sosial merupakan ajang aktualisasi diri.  Seiring berjalannya waktu, fitur di media

Kutitip Surat Ini Untukmu

Gambar
Bismillaahirrohmanirrohim.  Akhir-akhir ini, aku lagi suka mengoleksi buku-buku karya ustadz Armen Halim Naro رحمه الله. Beberapa judul yang benar-benar menarik perhatianku adalah Untukmu Yang Berjiwa Hanif dan buku ini, Kutitip Surat Ini Untukmu. Ketika pertama beli (melihat covernya di toko online), aku mengira bahwa ini isinya mengenai untaian nasihat hijrah atau yang sejenisnya. Namun setelah mendapatkan bukunya, masya Allah. Ternyata, isi buku ini benar-benar bagus! Mengenai ibu...  Berikut adalah salah satu halaman dari buku ini yang benar-benar menyayat hati. Buku ini berisi surat dari seorang ibu kepada anaknya. Ibu ini begitu merindukan anaknya. Kemudian, anaknya pun memberikan balasan atas surat ibunya. Buat teman-teman, buku ini sangat bagus untuk dibaca. Apalagi di tengah malam, ketika suasana sunyi, barangkali air mata bisa mengalir..  Buku-buku karya beliau رحمه الله ini menurutku bagus-bagus sekali. Baru melihat judulnya saja, sudah membuat terp

Jangan Sedih Karena Sendiri

Jangan sedih karena sendiri. Bersama itu membutuhkan proses. Bukankah pasir dan kawan-kawannya membutuhkan waktu untuk berintegrasi menjadi beton yang kokoh?  Sama halnya seperti kita. Everything needs process.. Tidak sedikit dari kita mengeluhkan kesendirian. Merasa keberatan ketika menyadari bahwa kita masih sendiri. Hari berganti hari, pekan berganti, bulan berganti bulan, hingga tahun berganti tahun, berapa hari raya kita lewati dengan kesendirian. Lalu pada akhirnya, terperangkap dalam perasaan sedih yang timbul akibat kesendirian itu.  Terkadang, kita harus banyak-banyak mengambil sisi positif dari sesuatu. Ketika melihat kesendirian, persepsi kita adalah ketidakpastian, kegalauan tiada akhir, dan lain sebagainya.  Kita berandai-andai pasangan yang sempurna, yang selalu berada bersama kita, dengan harapan bisa menghilangkan semua beban yang kita rasakan. Padahal, dari kesendirian, kita bisa belajar untuk belajar.   Ketika sendiri, kita masih

Aku Hanya Ingin...

Biarkan saja aku menyendiri dengan kesendirianku, katanya.  Aku hanya ingin menetap bersama kitab-kitab ilmu. Aku hanya ingin berjalan secukupnya. Aku ingin menetap ditemani lembaran-lembaran catatan dan setitik cahaya malam. Aku hanya ingin bersama hidayah.  Meniti kehidupan dengan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah. Menanti kehidupan demi kehidupan, waktu demi waktu yang silih berganti.  Melupa yang dilupakan, dan mencari yang dicari.  Aku hanya ingin bicara secukupnya. Membatasi diri, menarik diri dari hiruk pikuk dunia. Mengambil dunia sebatas yang dibutuhkan, lalu dilupakan. Karena aku ingat, hakikatnya aku akan kembali. Aku hanya ingin, tuaku damai.  Cukuplah cukup, masa mudaku terbuang sia-sia. Kini ketika tulang merapuh, sendi melemas. Aku hanya ingin aku dekat bersama-Mu.

Dua Sisi Masa Lalu

Aku ingat, bahwa aku harus cepat-cepat pulang.  Tidak selamanya mengenang masa lalu itu menjadi hal yang baik. Bukankah saat mengendarai kendaraan, kita butuh memperhatikan spion sesekali saja? Tidak terus menerus? Iya, jika terus menerus memperhatikan spion tanpa peduli keadaan yang dijalani saat itu, tidak menutup kemungkinan bagian depan akan hancur. Begitulah ketika menyikapi masa lalu. Ada hari di mana kita harus menyadari, bahwa kita tidak mesti kembali ke hari-hari penuh rindu. Ada hari di mana kita harus bersyukur tatkala mengingat satu hari saat terlepas dari kabut biru. Ada saatnya, kita harus melupakan beberapa titik-titik masa lalu dan menata masa depan yang lebih baik lagi. Sebaliknya, terkadang kita harus menyadari dan memetik pelajaran dari hal-hal yang berlalu. Dari satu goresan, kita belajar hal penting tentang bagaimana penjagaan yang seutuhnya. Dari bahagia, kita belajar bagaimana menyikapi kesedihan tatkala ditimpa ujian oleh Allah.