Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sejuta Mimpi: Catatan Akhir Tahun

Gambar
Berbicara tentang mimpi dan hal-hal yang terlihat tidak mungkin untuk dicapai... Seiring berjalannya waktu, kita tumbuh dan berkembang. Kita menjadi semakin dewasa. Orientasi kita semakin tercipta di ruang pikir kita. Untuk maju, maju, dan terus maju.  Tiba-tiba, pikiran ini rasanya berat. Memikirkan masa depan yang tampak begitu mengerikan. Perubahan di mana-mana. Rasanya, ingin menutup diri saja di dalam cangkang, bersembunyi hingga akhir malam. Yang jauh itu belum tentu jauh. Jadi berusahalah! Ada suatu saat di mana kita punya sejuta mimpi, namun dipatahkan begitu saja oleh kata-kata orang lain. Mengapa? Ada banyak alasan di sana. Mereka tidak ingin kita melampaui mereka! Mereka ingin kita sama dengan mereka, atau bahkan di bawah mereka. Selagi kita punya mimpi, ayo wujudkan. Sekali lagi, yang jauh itu belum tentu jauh, jadi berusahalah!  Terkadang, kita memang harus berdiri sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Kita paham bahwa pada akhirnya, hal-hal me

Hari-Hari Penuh Pengandaian

Seandainya begitu, maka pasti tidak akan begini. Seandainya tidak begitu, maka pasti tidak akan begini. Seandainya aku melakukan ini, maka ini tidak akan terjadi. Seandainya aku seperti dia, pasti aku bahagia.  Yakin, ingin melalui hari demi hari dengan kalimat tersebut atau kalimat yang bermakna seperti itu? Apakah kita begitu nyaman dengan kalimat tersebut, hingga kita memasuki hari-hari penuh pengandaian? Dalam hidup, nyatanya tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Terkadang, sebaik apa pun kita menyusun rencana, hal itu tidak menjamin bahwa semuanya akan berjalan dengan sistematis; sesuai dengan apa yang kita inginkan. Atau mungkin, ada suatu hari di mana kita begitu takjub melihat keadaan orang lain. Hingga menyadari bahwa kita belum memiliki apa yang mereka miliki. Lalu, tak disengaja, terjatuh ke dalam hari-hari penuh pengandaian itu. Lantas, mengapa kita harus menyalahkan keadaan, atau bahkan menyal

Media Sosial

Gambar
Barangkali, kita terlalu tergesa-gesa. Hingga lupa untuk menutup pintu kembali. Barangkali, kita terlalu gegabah. Hingga membiarkan orang lain masuk dan mengetahui cerita kita. Ada sebuah hal yang dahulu menimbulkan banyak tanda tanya di benak ini. Tatkala jari ini masih hangat sekali dengan salah satu media sosial. Beberapa tahun yang lalu, aku mengunggah beberapa aktivitasku di dunia maya. Beberapa hal tentang apa yang tengah aku lakukan. Seperti, buku yang aku baca, ruangan yang aku tempati, hidangan yang kumakan, prestasi, kesenangan, bahkan lokasi di mana aku berada. Saat itu, seseorang mengatakan kepadaku. Kurang lebih intinya, begini.  Jangan terlalu sering mengunggah kehidupanmu di media sosial. Itu berbahaya!   Aku tidak mengerti —pada saat itu — sebenarnya, apa yang dimaksud berbahaya di sini. Yang kutahu, apa salahnya berbagi cerita. Kalau dipikir, untuk apa memiliki media sosial kalau tidak ada isinya? Ya, tentang kehidupanku. Tentang aku. Begit

Kaca Spion

Gambar
Dahulu, ada seorang teman yang tiba-tiba mengajakku berbicara lewat media sosial. Mungkin bukan berbicara, tapi mengobrol. Pada saat itu, aku terkejut. Tumben sekali, ujarku dalam hati. Aku jarang sekali berbicara padanya, baik di dunia maya terutama di dunia nyata. Namun, karena dia salah satu teman, apa salahnya membaca pesannya.  Ternyata, pesan yang ia kirimkan bertajuk tentang ingatannya terhadap sesuatu. Lagi-lagi berbicara tentang ingatan.. dan barangkali pada saat itu aku salah mengatakan. Aku ingin menghiburnya (mungkin membujuk) agar jangan terlalu berlarut dengan ingatan itu. Ada analogi yang kukatakan. Begini, "...lepas kaca spionmu, pandanglah ke depan.." Pada saat itu, aku tidak memahami betul apa yang kuucapkan, kukira begitu. Bukankah, kaca spion adalah sesuatu yang memberikan "kontrol" secara tidak langsung? Kaca spion membantu kita memprediksi gerak, dan masih banyak lagi fungsi dari kaca spion yang aku sebut itu. Itu pada sepeda motor

Berdamai Sejenak

Sesekali, coba lepaskan sesuatu yang tengah kau pegang tatkala kau membaca ini.  Mungkin matamu sudah terlalu lelah menatap layar kaca ini, lebih jauh daripada itu. Mata hatimu lelah melihat kilauan dunia di balik layar. Mungkin, jarimu sudah terlalu lelah untuk bergerak, lebih luas daripada itu. Jarimu tengah terjeda untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih bermanfaat. Mungkin, kepalamu sudah terlalu pusing karena melihat tulisan dan gambar tiada henti, lebih dalam daripada itu. Kepalamu pusing memikirkan jalan yang bisa kamu tempuh untuk menyamai apa yang orang lain tunjukkan. Halo, siapa pun itu. Termasuk kamu yang membaca ini. Pun, aku yang tengah menulis. Istirahatlah dahulu. Berdamai sejenak dengan waktu. Betapa kejamnya ia menggilas habis usiamu?

Ketika Kita Bertemu Lagi...

When past meet present, sometimes it is difficult to choose the future. Kalimat tersebut bukan dibuat untuk sekadar bermain-main. Atau sekadar untuk dijadikan bahan perbaperan , bukan. Tapi, terkadang ketika kita sudah di masa sekarang, melupakan masa lalu adalah hal yang penting. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kita pasti punya masa lalu. Terkadang, masa lalu yang kembali hadir dan dikenang terus menerus juga bukanlah hal yang baik. Menjadi hal yang penting bagi kita untuk menjaga perasaan orang lain, yang bersama kita di masa sekarang. Mungkin, hingga masa depan. Karenanya, hargai perasaan mereka yang membersamaimu sekarang. Orang-orang dari masa lalu bisa kembali hadir di masa sekarang dan masa depan, namun belum tentu dengan ceritanya.

Rantaian Jawaban

Semakin bertambahnya hari, maka kamu akan mendapati jawaban. Siapa saja yang benar-benar membersamai hingga akhir nanti. Kita boleh bersedih, itu manusiawi. Luka itu pasti, air mata pun terpatri. Namun jangan lupa pahami, besok masih menanti. Mari melangkah pasti. Melanjutkan perjuangan ini. Belajar adalah bagian dari hidup. Ada hari yang perlu diperbaiki. Walaupun jatuh berulang kali, kita masih punya pilihan untuk bangkit kembali. Jangan bersembunyi di rintik air hujan, duhai air mata. Kamu punya tempat sendiri. Kamu dan air hujan adalah hal yang berbeda. Kamu boleh bahagia, itu manusiawi. Namun jangan lupa, bahwa semua itu hanyalah titipan yang akan dipintai pertanggungjawabannya.

Dari 'Konflik' Kita Belajar

Dari konflik? Kita belajar? Serius? Definisi awal, konflik di sini adalah kerenggangan maupun masalah yang terjadi dalam hubungan pertemanan. Dalam suatu hubungan, maka hal yang akan terjadi atau berpotensi terjadi adalah konflik. Baik itu konflik yang sederhana sampai rumit. Baik konflik karena hal yang sepele, atau karena hal-hal yang urgen. Bahkan, salah satu karibku pernah berkata, kurang lebih intinya, belum dikatakan berkawan jika belum ada pergesekan (konflik). Secara psikologis, manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang punya karakter dominan ingin dihargai. Ada yang punya karakter dominan sabar. Ada yang punya karakter dominan terbawa perasaan, dan masih banyak lagi.  Kita hidup di antara banyak warna-warni karakter. Itulah yang menjadikan hari-hari interaksi kita berwarna, tidak hanya monokrom. Tidak jarang, perbedaan karakter itu menjadi salah satu pemicu masalah, pembentuk konflik. Yang satu ingin begini, namun yang satunya lagi tidak paham. Begit

Buku Harian

Bismillah.. Adakah teman-teman yang masih suka menulis diary atau buku harian?  Berbicara tentang buku harian, pada mulanya, persepsi ini menyatakan,  "memperbanyak pekerjaan saja," begitu kira-kira. Namun sekarang, menulis buku harian menjadi rutinitas harian. Menulis apa-apa yang sudah terlewati, dan apa saja yang bisa didapatkan darinya. Mengapa harus punya dan menulis diary atau buku harian? Beberapa hari yang lalu, Vasa sempat membaca buku karya Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc حفظه الله yaitu buku 101 Cara Mudah Mendidik Keluarga (lain bicara, bukunya benar-benar cocok dibaca oleh bapak-bapak atau calon bapak-bapak, ibu-ibu atau calon ibu-ibu, dan siapa saja yang nantinya akan membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan keluarga). Salah satu poin yang tertulis di buku tersebut, kurang lebih, intinya mengenai mencatat hal-hal penting yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Dari sinilah, menurut Vasa buku harian adalah salah satu cara untuk

Kawanku

Kawan, malam ini aku tersenyum bersama rintik-rintik hujan. Bagaimana tidak, tiba-tiba aku menemukan beberapa serpihan masa lalu kita. Betapa lugunya senyum itu. Betapa lucunya percakapan kala itu. Hingga kini, semua itu masih semerbak. Belum layu rasanya. Hingga beberapa saat, aku sempat tertawa seiring menderasnya titik-titik hujan. Kawan, waktu berlalu terasa cepat ketika kita masih bersama.  Waktu berlalu begitu cepat tatkala kita duduk bersama. Namun, hari ini, malam ini. Tatkala kuingat dirimu, waktu mendadak terasa begitu lambat. Aku saat ini tersenyum, tidak tahu dirimu. Yang kutahu, barangkali kamu malam ini tengah duduk bersama tumpukan bukumu. Di sana. Tempat barumu. Kawan, malam ini aku ingat dirimu lagi.  Bagaimana denganmu?

Tentang Kesabaran

Gambar
Kesabaran itu terbagi menjadi 3 (tiga). Yang pertama, sabar menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al-Qur'an Surat Thaha : 132. "Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah dalam memerintahkannya." Yang kedua, sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat Yusuf : 33 (tentang Nabi Yusuf 'alaihissalam yang memilih bersabar dalam menjauhi maksiat). Lalu yang ketiga, sabar dalam menerima takdir Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surat Al-Insan : 24. "Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabb-mu."

PSB Project

Gambar
Halo buat teman-teman yang ada di kota Palembang! Buat teman-teman yang mencari buku-buku Islami untuk dibaca, yuk pinjam di Perpustakaan Sunnah Berjalan, sebut aja PSB yaa, hehe. Teman-teman bisa berkunjung langsung ke Masjid Bakti di Palembang, untuk melihat langsung buku-buku yang bisa teman-teman pinjam lebih lengkap lagi. Ada berbagai jenis buku, lho. Mulai dari buku motivasi, majalah, sirah, aqidah, fikih, dan lain sebagainya. Atau teman-teman bisa tanya-tanya di kolom komentar kalau memang ada yang ingin ditanyakan, atau kalau teman-teman mau lihat bukunya, nanti bisa hubungi admin. Mari membaca buku, terutama buku-buku terkait dengan agama Islam. Mari mempelajari ilmu syar'i lebih lagi. Semoga Allah mudahkan langkah kita semua, ya. Aamiin Allahumma aamiin. Mari luangkan waktu untuk membaca buku, meskipun hanya berkisar 5-10 menit per hari. Bila memungkinkan, faidah di buku tersebut pun bisa dicatat.

Semakin Sulit

Dalam hidup, kita akan berjuang dalam melakukan dan mendapatkan banyak hal. Ada yang berjuang mendapatkan peringkat pertama, berjuang mendapat jabatan tertinggi, berjuang mendapatkan pasangan terbaik, dan lain sebagainya. Kita dapati, ternyata banyak kesulitan yang kita hadapi dalam menggapai semua itu. Namun, kita terkadang lupa. Ada hal yang jauh lebih sulit daripada itu. Hal yang tersulit adalah, bagaimana caranya mengatur hati agar tidak menjadi tinggi atas apa-apa yang kita dapati dari perjuangan tadi.

Basa-Basi Itu Baik, Tapi...

Basa-basi atau small talk sudah menjadi hal yang membudaya, seperti ketika bertemu keluaga, kolega, dan lain-lain. Terutama di masa Idul Fithri,  ketika bertemu dengan kerabat, teman lama dan yang lainnya, akan terdengar banyak basa-basi untuk memulai percakapan. Basa-basi memang penting. Seperti dalam relasi bisnis. Dalam rangka menciptakan retensi yang baik (bisa dikatakan). Namun, dalam berbasa-basi, ada poin yang harus dikritisi. Tidak semua hal bisa dijadikan basa-basi secara langsung. Terkadang, mulut (lisan) kita sering melontarkan basa-basi yang terlalu to the point. Tidak jarang, hal ini membuat lawan bicara menjadi terluka. Seperti bertanya, kapan lulus kuliah, kapan menikah, kok belum punya anak, kenapa belum kuliah, dan lain-lain. Sometime, it's hurt..  Mungkin, niat kita awalnya ingin mencairkan suasana. Namun, bagaimana jadinya jika suasananya malah terlalu cair karena lawan bicara kita sedih atau bahkan kepanasan?  Kalau memang kita ingin tahu,

Karakter dan Perspektif

Gambar
       Manusia itu punya karakter yang berbeda-beda. Meskipun kembar, identik, tetap saja karakter menjadi pembeda. Ada klasifikasi karakter seperti melankolis, plegmatis, sanguinis, dan koleris , atau bahkan klasifikasi introvert, ekstrovert , dan ambitrovert . Pun 16 karakter dari MBTI, namun tetap saja. Andaikan ada 2 orang dengan klasifikasi karakter (kepribadian) yang sama, namun hal tersebut bukanlah indikator bahwa karakter mereka benar-benar sama. Pasti ada perbedaan. Berbicara tentang karakter manusia, setiap hari kita menemui banyak orang dengan karakteristik masing-masing. Ada yang terlihat arogan, namun ternyata murah senyum. Ada pula yang pendiam, namun ternyata di beberapa sisi, ia suka berbicara, dan lain sebagainya. Terkadang, karakter ini bersifat dinamis, ya? Mungkin, lingkup kita dalam kehidupan sehari-hari itu tidak sepenuhnya di satu tempat. Di sekolah dan di rumah, tentu berbeda. Di tempat les dan di ruang guru, tentu berbeda. Lalu, apa kaitanny

Meniti Jalan Bersama Orang Lain

Berbicara mengenai karakter manusia adalah hal yang menarik. Setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki karakter yang berbeda-beda, baik itu fisik maupun psikis. Walaupun kembar identik sekali pun, tetap saja ada yang menjadi titik-titik pembeda. Yang identik saja masih belum identik sempurna, apalagi yang tidak. Hari berganti hari, lembaran demi lembaran hidup terisi oleh berbagai cerita. Berbagai tinta dan gaya penulisan. Terkadang ada goresan yang begitu tajam lantas digantikan oleh tulisan halus yang menenangkan. Begitulah kita hidup. Selagi hari berganti, seiring bertemu dengan banyak orang, kita akan menemui banyak hal. Memahami keadaan, memahami orang lain, dan lain sebagainya. Hidup ini berinteraksi. Penuh dengan keterkaitan antara satu dengan yang lain. Namun, tidak selamanya jalan itu selalu mulus. Ketika memutuskan untuk melangkah keluar, bertemu dengan yang baru, maka akan kita dapati betapa banyak keindahan yang sirna seiring berjalannya waktu. Kita

Potret Privasi

Kalau kamu upload foto yang menyertakan wajahku, tolong blur atau dikasih stiker ya! Mungkin, permintaan di atas terasa cukup berlebihan. Lebay. Kalau dipikir-pikir, siapa juga yang peduli. Namun, tahukah kita kalau nilai akan privasi itu berbeda-beda bagi setiap orang?  Aku sempat bertemu dengan beberapa orang yang benar-benar menghindari kamera. Kala itu, aku heran dengan mereka.   Bukankah cuma foto? Orang-orang demikian cukup menarik perhatianku. Di sana aku mulai sadar sebuah pelajaran berharga, the value of privacy . Selain kasus yang disebutkan di atas, aku juga sempat bertemu dengan teman-teman yang tertutup dengan kehidupan pribadinya di media sosial. Mereka tidak pernah mengunggah sedikit pun potret mereka. Jangankan potret wajah, pun potret secangkir kopi adalah hal yang tidak bisa ditemukan di timeline mereka. Tidak ada informasi khusus tentang mereka. Padahal yang aku pahami saat itu; media sosial merupakan ajang aktualisasi diri.  Seiring berjalannya waktu, fitur di media

Kutitip Surat Ini Untukmu

Gambar
Bismillaahirrohmanirrohim.  Akhir-akhir ini, aku lagi suka mengoleksi buku-buku karya ustadz Armen Halim Naro رحمه الله. Beberapa judul yang benar-benar menarik perhatianku adalah Untukmu Yang Berjiwa Hanif dan buku ini, Kutitip Surat Ini Untukmu. Ketika pertama beli (melihat covernya di toko online), aku mengira bahwa ini isinya mengenai untaian nasihat hijrah atau yang sejenisnya. Namun setelah mendapatkan bukunya, masya Allah. Ternyata, isi buku ini benar-benar bagus! Mengenai ibu...  Berikut adalah salah satu halaman dari buku ini yang benar-benar menyayat hati. Buku ini berisi surat dari seorang ibu kepada anaknya. Ibu ini begitu merindukan anaknya. Kemudian, anaknya pun memberikan balasan atas surat ibunya. Buat teman-teman, buku ini sangat bagus untuk dibaca. Apalagi di tengah malam, ketika suasana sunyi, barangkali air mata bisa mengalir..  Buku-buku karya beliau رحمه الله ini menurutku bagus-bagus sekali. Baru melihat judulnya saja, sudah membuat terp

Jangan Sedih Karena Sendiri

Jangan sedih karena sendiri. Bersama itu membutuhkan proses. Bukankah pasir dan kawan-kawannya membutuhkan waktu untuk berintegrasi menjadi beton yang kokoh?  Sama halnya seperti kita. Everything needs process.. Tidak sedikit dari kita mengeluhkan kesendirian. Merasa keberatan ketika menyadari bahwa kita masih sendiri. Hari berganti hari, pekan berganti, bulan berganti bulan, hingga tahun berganti tahun, berapa hari raya kita lewati dengan kesendirian. Lalu pada akhirnya, terperangkap dalam perasaan sedih yang timbul akibat kesendirian itu.  Terkadang, kita harus banyak-banyak mengambil sisi positif dari sesuatu. Ketika melihat kesendirian, persepsi kita adalah ketidakpastian, kegalauan tiada akhir, dan lain sebagainya.  Kita berandai-andai pasangan yang sempurna, yang selalu berada bersama kita, dengan harapan bisa menghilangkan semua beban yang kita rasakan. Padahal, dari kesendirian, kita bisa belajar untuk belajar.   Ketika sendiri, kita masih

Aku Hanya Ingin...

Biarkan saja aku menyendiri dengan kesendirianku, katanya.  Aku hanya ingin menetap bersama kitab-kitab ilmu. Aku hanya ingin berjalan secukupnya. Aku ingin menetap ditemani lembaran-lembaran catatan dan setitik cahaya malam. Aku hanya ingin bersama hidayah.  Meniti kehidupan dengan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah. Menanti kehidupan demi kehidupan, waktu demi waktu yang silih berganti.  Melupa yang dilupakan, dan mencari yang dicari.  Aku hanya ingin bicara secukupnya. Membatasi diri, menarik diri dari hiruk pikuk dunia. Mengambil dunia sebatas yang dibutuhkan, lalu dilupakan. Karena aku ingat, hakikatnya aku akan kembali. Aku hanya ingin, tuaku damai.  Cukuplah cukup, masa mudaku terbuang sia-sia. Kini ketika tulang merapuh, sendi melemas. Aku hanya ingin aku dekat bersama-Mu.

Dua Sisi Masa Lalu

Aku ingat, bahwa aku harus cepat-cepat pulang.  Tidak selamanya mengenang masa lalu itu menjadi hal yang baik. Bukankah saat mengendarai kendaraan, kita butuh memperhatikan spion sesekali saja? Tidak terus menerus? Iya, jika terus menerus memperhatikan spion tanpa peduli keadaan yang dijalani saat itu, tidak menutup kemungkinan bagian depan akan hancur. Begitulah ketika menyikapi masa lalu. Ada hari di mana kita harus menyadari, bahwa kita tidak mesti kembali ke hari-hari penuh rindu. Ada hari di mana kita harus bersyukur tatkala mengingat satu hari saat terlepas dari kabut biru. Ada saatnya, kita harus melupakan beberapa titik-titik masa lalu dan menata masa depan yang lebih baik lagi. Sebaliknya, terkadang kita harus menyadari dan memetik pelajaran dari hal-hal yang berlalu. Dari satu goresan, kita belajar hal penting tentang bagaimana penjagaan yang seutuhnya. Dari bahagia, kita belajar bagaimana menyikapi kesedihan tatkala ditimpa ujian oleh Allah.

Bahasa dan Pembiasaan

Gambar
Aku itu bisa kalau mau. Bicara tentang banyak hal, tiba-tiba aku tertarik untuk berbagi mengenai bahasa. Hanya berbagi sedikit sudut pandang, barangkali bisa menjadi catatan untukku di kemudian hari. Bicara tentang bahasa, dulu aku adalah orang yang sebenarnya nggak suka dengan Bahasa Inggris. Bisa dibilang, alergi (tidak sampai phobia).  Walaupun ibu pandai Bahasa Inggris (bahkan pernah mengajar Bahasa Inggris privat), tetap saja aku alergi dengan yang namanya Bahasa Inggris. Banyak aturan. Banyak rumus. Banyak perubahan.  Berulang kali ibuku memberikan aku catatan khusus untuk Bahasa Inggris, mengajariku Bahasa Inggris, mengutus buku agar aku mau belajar Bahasa Inggris, minimal menghafal rumus 16 Tenses tapi... tetap saja. Karena aku sudah terlanjur alergi, tetap alergi.  Jadi singkat cerita, beberapa saat yang lalu, aku harus menghadapi suatu kenyataan, di mana aku harus belajar Bahasa Inggris dengan intensif. Pada mulanya, aku masih berada dalam zona alergi

A Small Thing About Change

Gambar
Untuk memperbaiki segalanya, memang butuh waktu dan kesabaran... Kali ini, aku mendapatkan tugas dari guruku (semoga Allah selalu menjaga beliau). Topiknya adalah mengenai perubahan. Is change good or bad?  Sebenarnya, saat pertama kali diserukan untuk mengerjakan tugas ini, aku sedikit bingung. Soalnya (barangkali), baru kali ini aku diberikan tugas seperti ini (tidak tahu kalau teman-teman yang lain). Jadi, tugasnya adalah mengajak orang-orang untuk mengubah kebiasaan makan dan minum dengan menggunakan tangan kiri sambil berdiri, atau salah satunya. Hal ini sudah menjadi budaya bagi kita, karena kebanyakan kita (termasuk aku) sering lupa dengan adab makan minum yang satu ini. Terlihat sederhana. Namun.. Yang aku ingat bukanlah tugasnya, namun perkataan beliau, yang intinya (jika aku tidak salah) adalah -barangkali, ini bisa jadi amal jariah bagi kita- karena sudah mengajak orang lain menggunakan tata cara yang seharusnya dalam makan atau minum. Sekali

Setitik Faedah

"..tugas kita itu melakukan apa yang harus kita lakukan, tidak usah mengurusi urusan-Nya. Kenapa kita stres, karena kita mengurusi sesuatu yang bukan menjadi urusan kita.."  Ust. Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله Kurang lebih begitulah perkataan beliau hafizhahullah. Sampai hari ini masih terngiang-ngiang di telinga ini, terbekas di benak ini. Dan ternyata, apa yang beliau katakan itu benar adanya. Sebagai seorang manusia, memang ada rasa "kecemasan" yang seringkali merasuk diri. Kala mengerjakan sesuatu, yang tampaknya sudah dipersiapkan dengan matang saja masih menyisakan ketakutan akan hasilnya, apalagi yang tidak dipersiapkan sama sekali. Tapi, kalau kita menyadari, bahwasanya, jika Yang Maha Kuasa telah menghendaki, maka hal yang tampak tidak mungkin di benak kita, akan terjadi. Yang tadinya kita prediksi begini begitu, sudah stres duluan karena "teori rasa" yang kita ciptakan sendiri, ternyata tidak terjadi. Pernah begitu? Sama, s

Kita Akan Tergantikan

Gambar
sedikit demi sedikit, namun pasti..  satu persatu, dedaunan gugur dari pucuknya.  satu persatu ia diterbangkan dengan pawana. satu persatu ditimpa hujan.  melayu, tenggelam dalam kegelapan.  satu persatu berlalu bersama waktu.  satu persatu pergi tinggal sendiri.  satu persatu larut ditelan hari.  satu persatu berjanji, namun tak mampu menepati.  seiring berjalannya waktu, kita tumbuh menjadi dewasa. seiring kita dewasa, akan ada banyak kepergian, rasa sepi, kesendirian, dan lain sebagainya yang akan dihadapi.  begitulah, semakin dewasa, kita semakin mengerti. bahwa, tidak adalah suatu hal yang benar-benar abadi.  semua akan pergi. entah, dengan waktu yang tidak pasti. namun kenyataan itu pasti.  dan semakin dewasa, kita semakin mengerti.  tak semua orang selalu berada di sisi.  tak semua orang harus disimpan di dalam hati.  betapa banyak hadir, tinggalkan duri.  semakin dewasa, semakin mengerti. bahwa, pada akhirnya kita sendiri. hanyalah insan berlalu ber