Dari 'Konflik' Kita Belajar

Dari konflik? Kita belajar? Serius?

Definisi awal, konflik di sini adalah kerenggangan maupun masalah yang terjadi dalam hubungan pertemanan.

Dalam suatu hubungan, maka hal yang akan terjadi atau berpotensi terjadi adalah konflik. Baik itu konflik yang sederhana sampai rumit. Baik konflik karena hal yang sepele, atau karena hal-hal yang urgen. Bahkan, salah satu karibku pernah berkata, kurang lebih intinya, belum dikatakan berkawan jika belum ada pergesekan (konflik).

Secara psikologis, manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang punya karakter dominan ingin dihargai. Ada yang punya karakter dominan sabar. Ada yang punya karakter dominan terbawa perasaan, dan masih banyak lagi.  Kita hidup di antara banyak warna-warni karakter. Itulah yang menjadikan hari-hari interaksi kita berwarna, tidak hanya monokrom.

Tidak jarang, perbedaan karakter itu menjadi salah satu pemicu masalah, pembentuk konflik. Yang satu ingin begini, namun yang satunya lagi tidak paham. Begitu juga sebaliknya. Yang satu ingin dihargai, yang satunya cenderung cuek. Sampai di sini, paham ya?

Namun kawan, tidak selamanya berada di dalam konflik adalah hal yang buruk (bukan berarti penulis meminta kalian untuk membuat dan menebarkan konflik, bukan). Maksudnya, ketika berada dalam situasi yang mengakibatkan terjadi konflik di antara kita dan orang lain, seperti dengan saudara, teman, dan lain sebagainya, kita bisa belajar banyak hal penting.

Kita bisa belajar mengalah. Menurunkan ego sejenak. Memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya jika kita terus menerus bertahan di puncak ego kita. Kita juga bisa belajar mengatur kesabaran, belajar menerima orang lain.

Begitu juga dengan belajar memaafkan orang lain. Belajar berlapang dada. Belajar menahan diri, dan masih banyak pelajaran yang kita dapat dari sebuah konflik.

Sekali lagi, penulis bukan menyeru agar pembaca menciptakan konflik. Namun, penulis menyerukan agar ketika kita ada atau terperangkap di dalam suatu konflik, kita bisa belajar dan berpikir lebih dalam dan jauh lagi, sehingga kita bisa menemukan jalan keluar atas konflik yang terjadi itu.

Bukankah, ketergesaan datangnya dari setan? Begitu juga tergesa-gesa dalam menyikapi konflik yang terjadi (dengan amarah).


Manusia yang satu dengan yang lainnya itu seperti puzzle. Berbeda, namun bisa disatukan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu