Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Mengapa Tak Bersyukur

Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih kepada seseorang yang mengajarkan aku, makna dari syukur.. Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah. Akhir-akhir ini, aku merasa lelah. Bagaimana tidak lelah, tugas menanti. Tantangan demi tantangan silih berganti. Persaingan bisnis semakin ketat yang mengakibatkan aku menghabiskan malam-malamku yang seharusnya kugunakan untuk beristirahat, malah kugunakan untuk menyelesaikan semua itu.. But, actually, the story isn't focused about these duties... Waduh, aku pengen punya ini dan itu, pengen go around the world, pengen makan ini, itu... Bagiku, terlalu banyak prasangka buruk ini kepada Yang Maha Pemberi Rezeki.. Aku merasa bahwa hidupku tidak seindah kehidupan orang lain. Ketika membuka sosial media, melihat postingan orang lain, aku merasa sakit. Ketika menuju restoran, ketika melihat orang lain bersama pasangannya, aku merasa terluka. Ketika ini, aku itu... Ah, kalau aku begini nanti begitu.. Kalau nggak begitu

Daun-Daun

Gambar
Kepada daun-daun.  Daun-daun selalu punya cerita. Sendunya yang digugurkan lewat perantara angin. Atau, suka citanya kala kembang-kembang mulai bersemi. Menjadi peneman di antara ranting-ranting ; harumnya mewangi. Daun-daun selalu punya cerita. Ketika perpisahan antara musim bak gayung bersambut. Atau, saat kelayuan diganti oleh mekarnya sari; rindu. Kupandang, laksana mentari setelah kabut. Daun-daun selalu punya cerita. Entah di mana saja ia berada. Asalkan Yang Maha Esa tetap menghendakinya. Daun-daun selalu punya cerita.

Tentang Pertemanan

Tiba-tiba, aku ingat. Bagaimana kita bertemu. Katakanlah, kita memulai petualangan kita di labirin itu. Halo, siapa namamu? Entahlah, sudah berapa kali kata-kata itu diucapkan. Hanya untuk mencairkan sebuah suasana, atau lebih daripada itu. Memulai sebuah cerita. Semuanya adalah perkiraan. Kukira, kita hanya kenal di pintu labirin. Kita hanya perlu mencairkan suasana satu sama lain. Senyum adalah awal yang bagus. Ternyata, kudapati kita bertemu di garis start . Akhirnya, kita terus bertemu hingga di perjalanan, kita selalu bersama. Aku senang. Kau juga tampaknya senang. Belum ada sarkasme dari dirimu. Ah, dunia begitu indah kala kita berjalan bersama. Seperti, tidak ada kompetisi di antara kita. Padahal, niat awalku adalah berkompetisi. Aku terus jatuh dan melupakan anganku. Terperangkap di labirin bersamamu lebih menyenangkan dibandingkan harus keluar dan bertemu dengan kompetitor lain. Akhirnya, kudapati bahwa, ya. Kebersamaan seperti pisau. Mengupas sesuatu, dan tak

Keikhlasan

Mau sebaik apa pun, kalau dia tidak suka padamu, dan meneruskan ketidaksukaannya itu, ya... Begitulah seterusnya. Sebuah kutipan yang melintas di pikiranku. Kala itu, aku adalah seorang remaja yang tengah mencari jati diri.. Tapi, memang benar. Walaupun kita sudah berusaha melakukan yang "terbaik", tetap saja ada orang-orang yang tidak menyukai kita. Entah karena perbedaan sudut pandang, atau masalah hatinya, dan lain sebagainya. Kadang, kita sudah berusaha agar bersikap baik kepada semua orang. Namun, ada beberapa jiwa yang merasa tidak menyukai "kebaikan" yang kita lakukan itu. Hati-hati juga, jangan-jangan, jiwa itu adalah jiwa kita. Kita sudah "berusaha baik" saja, masih ada yang tidak menyukai kita. Lantas, bagaimana jika kita terus menerus dalam keburukan?  Semua itu, manusiawi.. Semua orang punya sudut pandangnya masing-masing dalam menyikapi dan merasakan sesuatu. Karena itulah... Kita tidak bisa memaksakan mereka agar meny

GRATEFUL IS EVERYTHING

Pernahkah kita merasa puas dengan kehidupan? Bisakah teman-teman menjabarkan atau memberi definisi yang "jelas" mengenai makna kepuasan? Baiklah, mungkin di antara teman-teman memiliki pendapat pribadi mengenai "arti" dari kepuasan. Tapi, apakah kepuasan yang ada dalam mind set teman-teman bertahan lama, atau akan mencapai titik jenuhnya? Manusia tidak akan pernah lepas dari rasa puas dalam perihal duniawi. Ingin sepeda, melihat motor, jadi ingin motor. Setelah punya motor, melihat mobil, jadi ingin mobil. Setelah memiliki mobil, ingin pesawat terbang. Setelah pesawat terbang, melihat helikopter, ingin helikopter. Begitulah, analogi sederhana mengenai "manusia dalam mencari kepuasan". Artinya, apa? Tidak ada kepuasan yang hakiki. Beberapa saat, kita memang bisa berpuas diri atas apa yang kita gapai. Tapi, beberapa hari kemudian, melihat pencapaian orang lain yang "kelihatannya" lebih "wah" daripada yang kita capai, masihka

TRY TO UNDERSTAND...

Gambar
Bicara tentang manusia. Kita, manusia, makhluk sosial. Kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan ini. Hidup bermasyarakat adalah penerapan dari kalimat "manusia adalah makhluk sosial". Berarti, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan orang banyak. Banyak hal yang "akan" dilakukan saat kita berhadapan dengan orang banyak. Salah satunya yaitu, tentang "bicara". Kadang, kita sudah berbicara baik-baik. Kita sudah berdo'a yang terbaik. Namun, tetap saja, kalau "dia" memang tidak suka dengan kita, ya ndak bisa dipaksakan. Kita hidup bukan untuk disukai oleh seluruh manusia. Setiap manusia punya sudut pandangnya masing-masing, dan tidak mungkin bagi kita untuk "mengatur" agar sudut pandang mereka sesuai dengan kehendak kita. Kita harus belajar mengerti, dan memposisikan diri. Tidak semua hal harus berjalan sesuai pemikiran kita. Tidak semua orang bisa menerima kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain, yang ada, nanti mala

SHOULD I ASSUME THAT...

Tidak semua hal yang berlalu layak untuk dijadikan sebagai kenangan. Beberapa cukup diambil pelajarannya saja.  Kenangan bukanlah sesuatu yang terjadi di saat tertentu. Tapi, kenangan adalah hal yang terjadi saat kau berada bersama orang yang tertentu. Ini tentang siapa, bukan tentang tempat, waktu, bahkan materi.

WAYS TO STOP THE HABIT OF UPLOADING SELF PHOTOS ON SOCIAL MEDIA

Disclaimer: Aku punya alasan tersendiri terkait dengan kecenderungan untuk tidak mengunggah foto. Faktanya, kadang-kadang aku juga masih menggunakan foto diri di sosial media. Selamat belajar! Kalau ditanya, Vasa pengen  upload  foto yang keren? Pastinya. Tidak jarang, diri ini sampai bergumam dalam hati, "duh bagus banget foto ini..". Konflik batin pun dimulai. Tidak jarang, sampai galau mau di  upload  atau tidak. Karena aku adalah salah satu orang yang masih  learn about how to stop the habit , aku memutuskan untuk membuat beberapa tips untuk menghentikan kebiasaan itu (lebih tepatnya memaksa diri). Baiklah,  let's check it out first ! 1.  Replace Memindahkan semua foto diri ke perangkat yang jarang digunakan. Kalau punya flashdisk, jangan segan untuk memindahkannya ke flashdisk, atau harddisk. Biasanya, kita  online  media sosial dari ponsel, sehingga kalau kita mau upload sesuatu, kita tidak akan menemukan foto kita di galeri ponsel kita .  Cara ini ju