Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tentang Dunia dan Dirinya

2020 adalah tahun yang cukup random bagiku. Banyak kejadian yang memang mengubah cara pandangku akan dunia, bagaimana menyikapi sesuatu, dan memutuskan pilihan. Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari peran salah satu manusia yang dilahirkan ke bumi ini, ia yang sempat duduk bersamaku. Lalu ia bercerita, sederhana saja. Dari sudut matanya, aku memberanikan diri untuk menatap matanya. I found so many dreams there! Bagiku, orang yang visioner adalah orang yang sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol. Pandangannya akan masa depan sangat luas. Meskipun masa depan itu abstrak (di beberapa kondisi bisa diprediksi, sih), tapi beliau seakan punya sederet rencana dan rancangan untuk menyusunnya sedemikian rupa. Aku senang memandangi matanya yang berbinar-binar ketika bicara, penuh dengan harapan dan asa. Dari sini, aku kagum padanya. Jangan salah paham! Aku tidak akan membahas perkara kagum yang berujung pada kisah romantis antara dua insan manusia! Beliau adalah orang yang secara nggak langsu

Adu Nasib

Kamu enak, aku mah begini... Masih mending kamu ah... Banyak-banyak bersyukur. Aku malah... Are you tired with such sayings? So am I. Somehow, curhat adalah hal yang cenderung aku hindari. Meskipun banyak narasi yang mengatakan bahwa yang namanya masalah dan beban tidak boleh dipendam, tapi aku merasa lebih nyaman. Nyatanya, self talk adalah senjata paling ampuh untuk menjawab keresahan yang kerap aku pikirkan.  Kembali lagi ke masalah curhat, aku sering menemukan kasus "adu nasib". Singkatnya, ketika curhat, lawan bicara cenderung membandingkan apa yang tengah diceritakan (curhat) dengan pengalaman pribadinya, bahkan cenderung membandingkan. Beberapa penggalan di awal postingan ini adalah contohnya, dan aku rasa kebanyakan orang merasakan hal demikian. Apakah kamu merasakan hal yang sama?  Kadang, curhat bukan berarti seseorang ingin meminta saran. Namun hanya ingin didengar, bahkan itu lebih dari cukup.  Terus, untuk apa sih membandingkan kisah-kisah itu? Karena dirasa lini

Hanya Kalau Ada Dia

Bertemu dengan orang-orang adalah hal yang kerap membosankan pun membangkitkan tanya akan mengapa, hingga akhirnya aku menemukan jawabannya.  Siang itu, aku menemani temanku. Ia adalah founder dari komunitas yang saat ini tengah aku ikuti. Ada sesuatu yang perlu dilakukan hari ini, sehingga aku ikut menemaninya. Kalau boleh jujur, seingatku ini adalah yang pertama kalinya kami pergi berdua, benar-benar berdua saja. Aku dan dia.  Di tempat yang kami tuju, ada beberapa hal yang sedang diproses sehingga kami harus menunggu. Temanku cukup aktif, sehingga kami mengobrol banyak hal. Salah satunya adalah, tentang interaksi sosial. Agar tidak terasa terlalu akademis, aku tulis interaksi saja deh . Aku bercerita tentang kesan pertamaku saat mengikuti komunitas itu, bagaimana yang aku rasakan, serta bagaimana interaksiku. Sepertinya temanku ini cukup tahu kalau aku tipe yang termasuk baru di dunia komunitas. Cukup menarik sampai akhirnya membahas interaksi, mengingat aku sempat punya kecenderun

Apa Cuma Gue?

Apa cuma gue cewek yang oke oke aja kalo motoran malem-malem? Apa cuma gue yang selalu pake baju item dan ga suka baju pink? Apa cuma gue yang ga pernah nongki cantik? Apa cuma gue? Sedikit menoleh ke belakang, di zaman sekolah menengah. Aku sempat memfavoritkan kalimat-kalimat apa cuma gue dan kalimat sejenis. Rasanya, ada kebangaan tersendiri ketika berhasil membuktikan bahwa iya, cuma gue yang kayak gitu di circle gue . Dari situ, aku sadar kalau aku itu spesial, aku itu berbeda dari kebanyakan perempuan. Ketika perempuan seumuranku kala itu sedang ngefans sama aktor dan aktris yang tengah trending , aku malah ngefans-nya sama karakter anime. Seiring berjalannya waktu, semakin bosan dengan konsep apa cuma gue . Di usia yang diklaim sebagai usia dewasa muda, perlahan aku mencoba menyelami lebih dalam kebiasaan atau hal-hal yang dulunya aku sukai. Salah satunya itu tadi. Menelisik lebih lanjut, aku sempat bertanya dan ditanya oleh diriku. Sebenarnya, kenapa ya dulu punya pola pikir be

Do we really remember?

Gambar
Beberapa menit sebelum menulis postingan ini, aku sedang membuka foto-foto lama. Ada berbagai macam foto di sana, pada berbagai momen. Tidak sedikit di antara mereka membuatku tersenyum tipis hingga tertawa terbahak-bahak. Tidak sedikit pula foto-foto yang hadir, memunculkan tanda tanya besar di kepalaku. Apakah benar aku pernah berada di momen ini? Apa benar aku yang mengambil potret ini? Kadang, tanya itu semakin menjadi-jadi ketika aku berpikir untuk mengingat, apa yang dilakukan pada saat itu? Apa alasannya foto itu diambil? Siapa saja yang ada di sana? Baik, aku lihat beberapa keping wajah di sini, tapi siapakah mereka? Aku berusaha mengingat hingga akhirnya mendapat clue sejenak dan teringat akan siapa mereka. Beberapa foto berlalu, namun selang beberapa saat aku sudah melupakannya lagi. Sama halnya ketika jeda antara kejadian yang berlalu dengan detik di mana aku membuka lembar kenangan itu. Semua kembali seperti semula, seakan-akan tidak ada apa-apa di sana. Lalu di waktu yang

Sudut Pandang Satu Perempuan

Sebagai salah satu bagian dari masyarakat, khususnya sebagai seorang perempuan, hidup bersama standar kecantikan perempuan yang tertanam di masyarakat dirasa tidak ideal bagiku. As a girl , kulitku tidak putih. Pun, terdapat beberapa titik-titik di wajahku. Waktu masih kecil, aku masih ingat betul. Seorang anak laki-laki yang kukenal melihatku dan berkata, wah wajah bintik-bintik! Dan begitulah, standar yang berlaku di masyarakat adalah kontradiksi dari pernyataan sebelumnya.  Sejak berada di sekolah dasar, aku sudah mendapatkan perspektif bahwa cantik adalah ketika kamu berkulit putih dan hidung mancung. Beranjak saat aku berada di sekolah menengah pertama, poinnya bertambah. Selain dua hal tadi, kamu harus langsing, tinggi, dan seterusnya. Kosmetik, atau perawatan kecantikan lain bukanlah hal yang kukenal dengan familiar. Namun aku sudah melihat bagaimana teman-teman sekolahku menggunakan sunscreen  ketika kami akan keluar rumah. Sempat ada yang menggunakan krim pemutih di wajah, dan

Timeline

Gambar
  2017 akhir, aku memutuskan menghapus akun Instagram yang sudah kugunakan sejak lama. Aku merasa bahwa Instagram sudah menjadi ruang yang tidak menyenangkan, bahasa kerennya, toxic.   Well, cerita berlanjut. Sekitar tahun 2018, aku memutuskan menghapus akun Facebook dan disusul dengan penghapusan akun Twitter sekitar awal tahun 2019.  Puasa sosial media , that was in my mind. I would like to retire from social media, focus on my real life. Ada banyak alasan yang mendasari semua itu. Secara general, aku merasa bahwa media sosial bukanlah tempat yang sehat dan ini tidak baik untuk kewarasan diri. Lebih lanjut, ada banyak informasi yang tidak jelas di media sosial, pun informasi yang dirasa tidak berguna. Semua itu membuatku lelah. Aku butuh ruang yang nyaman, dan semua itu tidak kutemukan di media sosial. Briefly, secara tidak langsung aku menyalahkan para pembuat konten atau pengguna media sosial lain secara umum atas kualitas dan nilai dari konten yang muncul di beranda dan di pencari

Travel Itinerary

Gambar
Sebelum pergi, periksa dengan benar. Hari ini tanggal berapa? Hari ini ada kegiatan apa? Pada tahun 2017, aku dan teman-temanku pernah mengalami peristiwa yang cukup langka (dari perspektif kami tentunya) dan sedikit melelahkan. Sebut saja, kami melakukan perjalanan bersama dalam rangka menghabiskan waktu libur. Kala itu, kami memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan dan beberapa destinasi wisata berbau sejarah di kota kami. Sebagai seorang pelajar, kala itu adalah masa di mana kami sangat tertarik untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang sejarah. Perjalanan pun dimulai, dan kami memilih perpustakaan sebagai destinasi pertama. Sekitar setengah jam adalah total waktu yang habis di perjalanan. Namun, semua harapan sirna tatkala kami tiba di sana.   Dokumentasi Pribadi Menyadari keadaan, kami pun bergegas mencari destinasi lain. Kami menemukan Bukit Siguntang yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi perpustakaan. Kami pun memutuskan pergi ke sana. Namun, sama halnya dengan

Membangun Eksistensi di Tengah Masyarakat Online

Gambar
Pandemi dan 2020. Tahun ini nampaknya menjadi tahun yang menandai transformasi komunikasi dan interaksi masyarakat secara besar-besaran. Pada awalnya, masyarakat melakukan kebanyakan aktivitasnya pada lingkup offline dan secara nyata. Namun sekarang, aktivitas di ruang publik mulai dibatasi. Beberapa pertemuan kebanyakan dilakukan secara online atau daring, termasuk aktivitas seperti sekolah dan beberapa jenis pekerjaan. Repetisi aktivitas daring dalam jangka waktu tertentu berpotensi meningkatkan interaksi masyarakat di dunia online, sehingga secara tidak langsung hal ini sudah mengarah pada lingkup sosial baru. Ruang digital sebagai sisi lain dari kehidupan sosial seperti sebelumnya. Sama halnya seperti dalam kehidupan sosial, keberadaan merupakan hal yang penting. Dalam pengertian menjadi manusia sebagai makhluk sosial, seseorang harus membaur dengan masyarakat dan turut hadir serta berkontribusi pada beberapa aspek di dalam lingkup sosial. Berkaca pada situasi terkini, di mana keh

Memilih Tempat Duduk

Gambar
    Sebagai klarifikasi, postingan ini bukan bermakna bahwa kita mutlak tidak boleh berteman dengan orang lain yang kita nilai tidak positif. Big no! Tapi mengarah kepada bagaimana kita mencari orang dan ruang yang "positif" dalam istilah pembiasaan. Semakin sering berkumpul dengan orang pandai tidak membuat kita lantas menjadi pandai. Tapi paling tidak, kita punya semangat untuk menjadi pandai, meskipun tidak sama; tapi ada nilai perjuangan. Perjuangan untuk menjadi sama pandainya dengan mereka. Kita cenderung mengikuti hal-hal yang kita temui setiap hari; atau sesuatu yang intensitasnya sering kita temui. Bahkan, terdapat sebuah petuah yang menyatakan bahwa kita cenderung mencocoki kebiasaan teman duduk kita. Well, I can say, that is right. Teman yang berada di lingkup kita nyatanya benar-benar mempengaruhi bagaimana kita dalam mengembangkan diri. Bukan hanya tentang teman-teman, namun juga tentang tempat. Di mana saja kita duduk; semua itu mempengaruhi kita. Semua

Aku Harus Gimana?

Gambar
  Petang itu dihabiskan dengan menghirup aroma air hujan yang turun membasahi bumi. Derap langkah mulai terdengar, tanda orang-orang sudah beranjak dari tempat berteduh sesaat untuk melanjutkan perjalanan. Langit yang mendung pun disinari oleh cahaya jingga perpaduan mentari dan lentera jalanan. Gelisah. Itu adalah sebuah kalimat (atau lebih tepatnya, perasaan) yang terlintas di benak seseorang di sana. Ia yang tengah memandangi betapa waktu cepat menggerus habis kirana senja yang pekat menuju malam yang damai.  Kala itu, seseorang banyak dibingungkan oleh kalimat indah. Di zaman seperti ini, di mana kalimat indah dengan tameng pengalaman adalah senjata yang kuat untuk menjadi alasan dalam melakukan sesuatu. Maka, ke mana arah angin, maka itulah yang dituju. Apa-apa yang dikatakan oleh orang lain, maka itu yang diikuti. Hingga tak sadar laksana layang-layang, dikendalikan. Oleh desir angin maupun oleh benang yang ditarik dan diulur oleh manusia lain. Begitulah, ketika s

Baik dan Buruk

Gambar
Beberapa saat yang lalu, aku tiba-tiba melihat postingan di salah satu sosial media tentang anime yang pernah aku tonton, yaitu Attack on Titan . Tiba-tiba, ada hal yang membuatku penasaran untuk melihat kabar terbarunya. Aku sendiri terakhir mengikutinya saat masih sekolah, di mana season terakhir yang aku saksikan adalah season kedua (yang isinya kebanyakan tentang Eren Jaeger yang diculik oleh Reiner Braun dan Berthold Hoovar). Aku lalu mendapati bahwa season ketiga ternyata sudah rilis. Mengetahui fakta ini, aku menjadi penasaran sehingga memutuskan untuk menonton kembali anime ini, tepatnya hanya season ketiga. Pada bagian ini, ada hal-hal yang menarik perhatianku. Aku benar-benar memperhatikan alur ceritanya, dan sedikit terkejut. Pada bagian pertama, ia banyak menceritakan tentang politik. Barulah pada bagian kedua, ia menceritakan kembali pertarungan antara manusia dan titan (dalam merebut dinding Maria kembali). Setelah menonton season ketiga, aku kem

Catatan Tentang Insecurity

Gambar
Insecurity, or insecure. Istilah ini kelihatan menjamur di media sosial terutama yang fokus membahas tentang proses mencintai diri sendiri atau pengembangan diri, dan hal lain yang sejenisnya. Sebenarnya, istilah mencintai diri tampaknya menjadi isu yang sangat hangat, pun sejalan dengan isu kesehatan mental yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebagai pembaca, saya tertarik untuk menyelami lebih dalam mengenai makna istilah tersebut. Perlu diklarifikasi, bahasan insecure atau insecurity di sini terpusat pada apa yang individu rasakan terhadap dirinya sendiri. Mengacu pada Cambridge Dictionary , istilah insecurity bermakna sebagai berikut. "A feeling of lacking confidence and not being sure of your own abilities or whether people like you." Dari sini sudah terlihat jelas bahwa, insecurity adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa kurang percaya diri dan meragukan kapasitas atau kelebihan yang ia miliki. Pada kebanyakan saat, perasaan ini timbul akiba

Kala Bosan Melanda: Kawan Mahasiswa

Gambar
Dia adalah orang yang duduk di bangku sana! Baru hari ini aku bertemu dengan mata yang begitu terbakar dengan semangat akan keberhasilan orang lain. Dialah yang selalu berkata agar aku, kamu, dan kita semua terpacu untuk membunuh rasa bosan dengan hal-hal bermanfaat; berprestasi misalnya. Sebagai seorang mahasiswa, tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk merasa bosan dan lelah dengan perkuliahan. Mungkin terpikirkan untuk mencari jurusan lain, atau mencari pengalaman lain saja. Atau mungkin, termakan dengan bisikan di dalam batin yang meronta-ronta kelelahan akan dunia malam sang mahasiswa. Jangan salah paham dulu, kawan! Dunia malam di sini bukanlah dalam makna yang negatif, tapi maksudnya adalah dunia malam yang biasa mahasiswa lakukan. Begadang mengerjakan tugas dan belajar.  Berbicara tentang semua itu, sempat terbaca di salah satu situs web bahwa beberapa mahasiswa akan merasa kehilangan motivasi pada saat pertengahan semester. Hingga bosan menyerang, dan ras

Jujurlah Pada Dirimu

Gambar
Kalau orang-orang di sana, mereka suka dengan kejujuran. Oh begitu, kalau mereka bertanya tentang kita, jawab seadanya saja? Benar sekali, intinya jujur dan jadilah dirimu sendiri.  Sebuah percakapan memecah sunyi di antara kursi dan meja siang itu. Sebuah pelajaran bermakna akan kejujuran. Sebenarnya, pada beberapa keadaan, jujur bukanlah hal yang selalu akan menguntungkan kita pada masa ini; detik ketika kita memutuskan untuk jujur. Tapi, pembahasan tentang kata "jujur" kali ini fokus kepada sebuah kejujuran yang cenderung dilupakan; ia adalah kejujuran pada diri sendiri.  Coba pikirkan, ada berapa kali dalam hidup di mana kita ingin terlihat baik dan sempurna di mata orang lain. Terkadang, kita menabur bumbu-bumbu halus yang benar-benar kuat, sehingga sangat berbeda dengan rasa original; berbeda dengan apa yang sebenarnya kita punya. Pada beberapa keadaan, hal ini terlihat sederhana, karena kita percaya diri dengan melebih-lebihkan; merasa bahwa

Antara Narsisme dan Self-Love

Gambar
Mencintai diri sendiri itu tidak sama dengan narsisme.  Sebuah kekata yang kudapatkan dari salah satu siaran dari Menjadi Manusia, sukses membuat pagiku menjadi lebih bersemangat. Akhir-akhir ini, isu terkait dengan "diri sendiri" menjadi adalah hal yang sangat hangat diperbincangkan. Ada banyak istilah di sana; self development, selp help, self care, self acceptance, hingga salah satu yang menyambut pagiku kali ini, yaitu self love . Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, bermakna mencintai diri sendiri.  Mungkin, definisi dari mencintai diri sendiri adalah abstrak, layaknya kata cinta yang sebenarnya sukar untuk didefinisikan. Ada yang bilang, bahwa cinta adalah ketika seseorang mengorbankan sesuatu untuk yang ia cinta. Kalau hanya berkorban, kita setiap hari mengorbankan waktu yang terbuang sia-sia, apakah itu disebut cinta? Ada pula yang menyampaikan bahwa cinta adalah ketika kita rela menunggu. Lantas, apakah menunggu hujan mereda lantas membuat kita

Sederhana Berbuah Kerumitan

Gambar
Kau ingin berjalan ke sana hanya untuk melihat air di sungai? Kesederhanaan adalah hal-hal yang tidak banyak dicintai di dunia ini. Banyak yang ingin mengusik kata sederhana dalam hidup, melupakannya, dan menghapusnya dari konsep menjalani hidup. Namun, kali ini bukan hal seperti ini yang ingin disampaikan di sini. Ada hal yang ditemukan tatkala merenungi makna dari sesuatu yang katanya sederhana, atau bahasa asingnya, simple . Jauh menelusuri makna sederhana, selama berjalan dalam kehidupan ini, ada banyak sekali hal-hal sederhana yang terlihat, dipahami, atau bahkan hanya dilewatkan dan tidak terlihat sama sekali. Namun, di belahan bumi lain, ada beberapa manusia yang mencintai hal-hal yang dipandang sebagai sesuatu yang mengandung kesederhanaan; yang dalam istilah ini berarti, cinta melihat atau bahkan melakukan sesuatu yang tampaknya sederhana di mata orang lain. Di dalam film The Wind Rises produksi Studio Ghibli, ada sebuah percakapan singkat yang melibatkan tokoh uta

Minimalisme

Gambar
Jika aku boleh menyampaikan kata-kata untuk menutup jumpa kita hari ini, kurasa aku akan mengatakan hal ini. Konsep hidup minimalis mengajarkan kita agar tidak terlalu terikat dengan masa lalu . Mungkin, kau akan bosan dengan postinganku. Lagi-lagi, penulis mengungkapkan cerita tentang masa lalu. Untuk kesekian kalinya, ia berkata tentang masa yang telah berakhir. Seperti tidak ada habisnya saja! Memang, mungkin kau sudah bosan dengan kata masa lalu yang terketik berulang kali di postingan ini. Bahkan jika kau ketik di kolom pencarian, akan kau dapati banyak sekali kosa kata itu. Tapi, sekali lagi aku ingin memberikan klarifikasi sederhana, bahwa.. Sebenarnya, apa-apa yang mengandung kata "masa lalu" adalah salah satu hal yang paling cepat menjadi bahan inspirasiku! Hahaha. Aku jujur kali ini! Kembali lagi kepada cerita awal, terkait dengan kalimat bercetak miring yang sudah aku ketik sebelumnya. Baru-baru ini, aku tertarik dengan sebuah kata; minimali