Timeline

 


2017 akhir, aku memutuskan menghapus akun Instagram yang sudah kugunakan sejak lama. Aku merasa bahwa Instagram sudah menjadi ruang yang tidak menyenangkan, bahasa kerennya, toxic. 

Well, cerita berlanjut. Sekitar tahun 2018, aku memutuskan menghapus akun Facebook dan disusul dengan penghapusan akun Twitter sekitar awal tahun 2019. 

Puasa sosial media, that was in my mind. I would like to retire from social media, focus on my real life.

Ada banyak alasan yang mendasari semua itu. Secara general, aku merasa bahwa media sosial bukanlah tempat yang sehat dan ini tidak baik untuk kewarasan diri. Lebih lanjut, ada banyak informasi yang tidak jelas di media sosial, pun informasi yang dirasa tidak berguna. Semua itu membuatku lelah. Aku butuh ruang yang nyaman, dan semua itu tidak kutemukan di media sosial. Briefly, secara tidak langsung aku menyalahkan para pembuat konten atau pengguna media sosial lain secara umum atas kualitas dan nilai dari konten yang muncul di beranda dan di pencarianku. Timeline is full of non-beneficial things.

Tahun pun berganti. Di akhir 2018, aku kembali mengaktifkan Instagram. Lalu di pertengahan 2019, aku kembali di Facebook dan Twitter. Tidak ada alasan tertentu di sana, hanya saja ada rasa ingin tahu di sana. Melihat bagaimana perkembangan dunia maya. Akun memang hadir, namun tidak dengan penggunanya! Haha. Yang terpenting, tertulis namaku di sana.

Kini aku tiba di 2020, dan semua ini benar-benar membuatku melihat dunia media sosial dengan sudut pandang lain. Di tahun ini, pandemi hadir dan mengubah tatanan hidup. Aktivitas kebanyakan dilakukan secara daring. Mau tidak mau, aku harus kembali aktif di media sosial. Dari sinilah, the way I see social media has changed. Aku belajar satu hal penting, bahwa isi timeline media sosial seseorang mengacu pada apa-apa yang sering ia ikuti. 

Maksudnya, apa ya?

Eksplorasi adalah hal yang dilakukan dalam menggunakan media sosial. Perlu diperhatikan bahwa apa yang tampil di beranda dan di pencarian adalah rekomendasi dari sistem yang digunakan pada media sosial. Dalam kasus ini, peran artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan turut berkontribusi. AI mempelajari postingan yang sering dilihat oleh pengguna, yang disukai, yang dikomentari, atau dengan kata lain, postingan di media sosial di mana seorang pengguna engaged atau ikut serta padanya.

Contohnya saja, kalau seseorang sering being a stalker di akun temannya, maka ke depannya postingan temannya tadi akan sering muncul di timeline. Sama halnya ketika orang tersebut sering menyukai postingan dari akun tertentu, memberikan komentar, atau bahkan membagi ulang postingan tersebut. AI memahami bahwa kebiasaan user atau pengguna tersebut adalah melihat postingan akun tersebut. Maka, AI akan menampilkan lebih banyak postingan dari akun tersebut atau postingan yang senada dengannya.

Instead of blaming the creators, why do not we as user become wiser in having social media? Even being wise creator in order to give benefits for other users who feel the same like what we feel?

Daripada hanya menyalahkan keberadaan postingan tertentu di media sosial, mengapa tidak mencoba untuk melakukan manajemen sederhana terhadap timeline. Mulailah memilah dalam menyukai postingan. Coba sukai atau ikuti akun-akun yang dirasa bermanfaat dan informatif. Jika tidak keberatan, meninggalkan komentar di postingan tersebut juga akan menimbulkan "efek" yang baik terhadap keberadaan postingan bermanfaat di timeline. Yang terpenting, lakukan ini secara terus menerus, hingga AI peka dengan postingan yang disukai dan memunculkannya di layar utama.

Terlepas dari semua itu, setiap orang memiliki tujuannya tersendiri dalam menggunakan media sosial. Postingan ini pun hanya bersifat saran, dan ditujukan bagi teman-teman yang merasakan hal yang serupa. Pun, nilai manfaat dan kualitas suatu hal sifatnya relatif. 

Selain itu, orang-orang yang memutuskan untuk hengkang dari media sosial juga memiliki landasan tersendiri; alasan tersendiri. I do not blame you since this is based on our own experiences, purposes and other aspects. 

Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu