Minimalisme


Jika aku boleh menyampaikan kata-kata untuk menutup jumpa kita hari ini, kurasa aku akan mengatakan hal ini.

Konsep hidup minimalis mengajarkan kita agar tidak terlalu terikat dengan masa lalu.

Mungkin, kau akan bosan dengan postinganku. Lagi-lagi, penulis mengungkapkan cerita tentang masa lalu. Untuk kesekian kalinya, ia berkata tentang masa yang telah berakhir. Seperti tidak ada habisnya saja!

Memang, mungkin kau sudah bosan dengan kata masa lalu yang terketik berulang kali di postingan ini. Bahkan jika kau ketik di kolom pencarian, akan kau dapati banyak sekali kosa kata itu. Tapi, sekali lagi aku ingin memberikan klarifikasi sederhana, bahwa..

Sebenarnya, apa-apa yang mengandung kata "masa lalu" adalah salah satu hal yang paling cepat menjadi bahan inspirasiku! Hahaha. Aku jujur kali ini!

Kembali lagi kepada cerita awal, terkait dengan kalimat bercetak miring yang sudah aku ketik sebelumnya. Baru-baru ini, aku tertarik dengan sebuah kata; minimalis. Aku penasaran, sepertinya itu adalah hal yang menyenangkan, karena dari katanya saja aku sudah menebak bahwa itu mengandung makna kesederhanaan. Bahkan, pamanku yang datang ke rumah beberapa saat lalu, tatkala melihat buku bertemakan minimalis, ia bertanya kepadaku.

Kau tidak ingin pergi ke luar negeri?

Aduh! Tentu saja aku mau, haha. Tapi aku langsung paham kenapa beliau mengatakan hal seperti itu. Aku membalasnya dengan tawa.
Lanjut lagi tentang minimalis. Buku yang aku baca adalah sebuah buku berkulit kekuningan dengan desain yang menyenangkan. Ringan bagiku. Terdapat gambar bunga dandelion di dalamnya. Judulnya adalah Seni Hidup Minimalis yang ditulis oleh Francine Jay. 

Sebelumnya, harus kita pahami dulu. Apa itu minimalis. Dalam terminologi ini, aku menuliskan minimalis sebagai gaya hidup. Lebih lanjut, maksud minimalis itu sendiri adalah gaya hidup yang sederhana, lebih tepatnya menyederhanakan. Adapun esensi dari hidup minimalis berseberangan dengan hidup berlebih-lebihan, atau bahasa lainnya; boros.

Terkait buku sebelumnya, buku tersebut mengupas beberapa hal terkait kehidupan yang minimalis. Bagiku, fokusnya ada dalam bagaimana kita mengatur isi rumah kita (secara umum). Lebih lengkapnya lagi, isi pembahasan buku ini adalah tentang apa itu konsep minimalis dalam hidup, bagaimana menerapkannya, dan banyak hal lainnya (oke, kau bisa mengetahuinya dengan cara membaca buku itu). Buku ini bercerita bagaimana kita mengatur barang yang masuk ke dalam rumah kita, bagaimana cara mengurangi barang hingga menciptakan banyak ruang... dan bagaimana kita berusaha membuat barang-barang yang jarang digunakan untuk "pergi". Salah satu barang-barang yang jarang digunakan adalah, barang-barang lama, dan tidak jarang dalam istilah ini ia adalah barang-barang yang bernilai sebagai kenang-kenangan.

Setelah aku menghabiskan bacaanku, aku menyimpulkan sesuatu. Ini adalah salah satu hal yang aku pelajari dari buku ini. 

Konsep hidup minimalis mengajarkan kita agar tidak terlalu terikat dengan masa lalu.

Mungkin kau bingung, apa kaitannya antara minimalisme dan masa lalu?

Kau tahu, sesekali coba periksa isi rumah kita. Pandanglah sekitar. Terkadang, rak-rak di pojok sana berisi barang-barang yang tidak bisa digunakan lagi. Namun tetap kita simpan atas nama "kenangan" yang merupakan representasi dari masa lalu. Tidak sedikit, ia banyak! Kita berjalan ke dalam kamar, dan menemukan laci yang berisi kertas-kertas yang sudah tidak bisa digunakan lagi, namun tetap disimpan dengan dalih kenangan. 

Lebih lanjut, konsep minimalis mengajarkan kita untuk memilah barang-barang, mana yang tidak bisa digunakan lagi, mana yang sering digunakan, mana yang masih sering digunakan tapi hanya sesekali.. dan kategori lain. 

Jika itu tentang barang-barang yang memiliki nilai kenangan, tidak jarang kita menyimpannya saja; tidak digunakan sama sekali. Ini berkaitan dengan bagaimana kita menerapkan hidup minimalis, bukan?

Di sini, aku tidak memaksa untuk menanggalkan semua barang yang bernilai kenangan! Sekali lagi, tidak. Aku hanya memberikan sedikit pemikiranku tentang keterkaitan antara minimalisme dan masa lalu. Lagi pula, tidak semua rasa tentang kenangan yang berharga itu sama, dan itu tidak bisa dipukul rata.

Selamat menerapkan hidup minimalis!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu