Bahasa dan Pembiasaan

Aku itu bisa kalau mau.

Bicara tentang banyak hal, tiba-tiba aku tertarik untuk berbagi mengenai bahasa. Hanya berbagi sedikit sudut pandang, barangkali bisa menjadi catatan untukku di kemudian hari.

Bicara tentang bahasa, dulu aku adalah orang yang sebenarnya nggak suka dengan Bahasa Inggris. Bisa dibilang, alergi (tidak sampai phobia). Walaupun ibu pandai Bahasa Inggris (bahkan pernah mengajar Bahasa Inggris privat), tetap saja aku alergi dengan yang namanya Bahasa Inggris.




Banyak aturan. Banyak rumus. Banyak perubahan. 


Berulang kali ibuku memberikan aku catatan khusus untuk Bahasa Inggris, mengajariku Bahasa Inggris, mengutus buku agar aku mau belajar Bahasa Inggris, minimal menghafal rumus 16 Tenses tapi... tetap saja. Karena aku sudah terlanjur alergi, tetap alergi. 


Jadi singkat cerita, beberapa saat yang lalu, aku harus menghadapi suatu kenyataan, di mana aku harus belajar Bahasa Inggris dengan intensif. Pada mulanya, aku masih berada dalam zona alergi dengan Bahasa Inggris, bahkan memvonis bahwa diriku sudah terlalu tua untuk belajar Bahasa Inggris.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku dibuat makin terbiasa dengan Bahasa Inggris. Tugas Bahasa Inggris. Mendengarkan pembicaraan Bahasa Inggris, membaca teks Bahasa Inggris, menulis ekspresi dengan Bahasa Inggris..

Pada awalnya, semua itu terasa sukar. Bahkan terasa membosankan.

Apalagi ketika dipaksa untuk berbicara menggunakan Bahasa Inggris, di muka umum atau bahkan di obrolan pribadi. Menghafal kosa kata demi kosa kata, memahami kaidah penggunaan Tenses dan lain sebagainya..

Lalu, akhirnya..

Perspektif Bahasa Inggris yang sukar kini telah berubah.

Berbicara dengan Bahasa Inggris bukanlah alergi, melainkan sesuatu yang dicari.

Mendengar pembicaraan dengan Bahasa Inggris bukanlah hal yang menakutkan, melainkan sesuatu yang dianggap sebagai tantangan yang harus dipecahkan.

Menulis dengan Bahasa Inggris menjadi hal yang menarik.

Begitu juga membaca teks berbahasa Inggris, tidak lagi menjadi aktivitas yang membuat mata menjadi mengantuk, perut lapar, dan mata berkunang-kunang.

Mungkin, di antara teman-teman punya kisah yang sama.

Lalu kembali ke topik.

Kenapa?

Karena pembiasaan..

Jadi, apa?

Begitu juga ketika kita ingin memahami Bahasa Arab, bahasa Al-Qur'an.

Barangkali kita tidak bisa, karena kita malas belajar. Alergi. Merasa tidak butuh. Merasa tidak akan bisa dari awal. Padahal, kita belum mencoba...



Kita perlu membiasakan diri dengannya.

Perlu memaksakan diri untuk menghafal mufradat. Menulis jumlah dengan baik dan benar.. Belajar untuk memahami kaidah-kaidah Bahasa Arab. Mencoba memahami perubahan yang terjadi ketika kalimah-nya di tashrif..

Ketika interaksi sudah intensif, insyaAllah, akan memahami sesuatu. Begitu juga dengan Bahasa Arab. Sebagaimana bisa memahami Bahasa Inggris karena dibiasakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu