Meniti Jalan Bersama Orang Lain

Berbicara mengenai karakter manusia adalah hal yang menarik. Setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki karakter yang berbeda-beda, baik itu fisik maupun psikis. Walaupun kembar identik sekali pun, tetap saja ada yang menjadi titik-titik pembeda.

Yang identik saja masih belum identik sempurna, apalagi yang tidak.

Hari berganti hari, lembaran demi lembaran hidup terisi oleh berbagai cerita. Berbagai tinta dan gaya penulisan. Terkadang ada goresan yang begitu tajam lantas digantikan oleh tulisan halus yang menenangkan.

Begitulah kita hidup. Selagi hari berganti, seiring bertemu dengan banyak orang, kita akan menemui banyak hal. Memahami keadaan, memahami orang lain, dan lain sebagainya. Hidup ini berinteraksi. Penuh dengan keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Namun, tidak selamanya jalan itu selalu mulus. Ketika memutuskan untuk melangkah keluar, bertemu dengan yang baru, maka akan kita dapati betapa banyak keindahan yang sirna seiring berjalannya waktu.

Kita pada awalnya bertemu dengan orang-orang yang kita sukai, menerima kita. Namun, hal itu tidak bertahan lama. Pasti ada satu titik di mana orang lain memiliki perpektif tersendiri mengenai kita. Semuanya adalah perspektif.

Kita tidak bisa menuntut orang lain menyukai kita dengan segenap hatinya, sebagaimana orang-orang yang sudah lebih dahulu menerima dan menyukai kehadiran kita. Namun, kita bisa menuntut agar diri kita berusaha agar menerima orang lain, walaupun ada saatnya di mana ia menjadi orang yang menjengkelkan, menyebalkan, dan lain sebagainya.

Percayalah kawan. Konflik dalam interaksi itu wajar. Karena bukanlah hal yang mudah untuk saling menerima kekurangan. Pada dasarnya, kita semua punya kekurangan. Kita dan orang lain.

Kita perlu belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu