Menjadi Manusia

Apa rasanya menjadi ikan jika dibandingkan dengan menjadi manusia, dengan role yang aku jalani saat ini?

Pertanyaan random itu tiba-tiba mengisi kepalaku. Ia timbul di benakku ketika aku tengah memandangi kolam ikan. Sekelompok ikan sedang berenang tanpa arah, berulang kali melalui rute yang sama. Mereka berada di kolam yang sama, bertemu satu sama lain setiap hari. Menunggu makan, atau bahkan istirahat dan bermain dengan kawanannya.

Bagiku, bangun tidur tanpa langsung teringat dengan masalah-masalah yang menerpa kehidupan adalah rasa syukur tersendiri. Aku tiba-tiba merindukan masa kecil di mana tawa masih menjadi hal yang murni. Senyum dan tangis hanyalah tentang hal-hal sederhana. Belum ada masalah yang berarti, seperti sebelumnya. Hal-hal terjadi begitu saja.

Lalu waktu bergulir, tibalah di masa ketika usia semakin bertambah. Banyak hal-hal yang dilewati, dan terkadang masalah kerap menjadi lebih kompleks. Menjadi beban pikiran yang berarti. Selalu di bawa ke mana saja kaki melangkah, bahkan ketika mata terpejam.

Menjadi manusia dengan jumlah usia yang semakin besar itu ternyata tidak mudah. Ada banyak tantangan yang harus dilewati. Fisik maupun mental, semua ada porsinya tersendiri. Ini bukan hanya tentang menghadapi dunia atau orang-orangnya, tapi juga tentang menghadapi diri sendiri yang kadang sulit untuk diajak berdamai dengan keadaan.

Kembali dengan pandanganku terhadap ikan-ikan tadi. Aku kerap berpikir. Rasanya, mereka tidak punya masalah apa pun. Kecuali satu yang pasti, mati. Semua makhluk hidup pun begitu, sih.
Enak, nggak, jadi ikan?

Lagi-lagi pertanyaan absurd demikian membanjiri pikiranku. Namun, pertanyaan inilah yang akhirnya membuka pola pikirku tentang menjadi manusia. Menjadi manusia berarti bersiap untuk menghadapi seluruh hal yang ada di kehidupan, termasuk masalah. Manusia memiliki naluri untuk hidup dan memikirkan jalan keluar akan masalah yang dihadapi. Bukankah itu luar biasa?

Kalau dipikirkan lagi, hidup ini akan lebih berwarna jika tidak stagnan. Berbagai kejadian entah itu masalah maupun kebahagiaan yang timbul, bukankah hadir karena kita merasakannya? Emosi yang berperan penting di sana.

Menjadi manusia berarti bersiap untuk menjadi makhluk yang dinamis. Melalui berbagai liku-liku, atmosfer kehidupan, serta batu kerikil yang ada di sana. Memangnya siapa yang bilang hidup akan selalu sulit, dan siapa yang bilang bahwa tidak akan ada bahagia yang menjemput walau hanya sedikit?

Menjadi manusia memang dinamis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu