Academic Writing

Semester demi semester berlalu.

Menulis adalah hal yang kompleks. Paling tidak, perlu ada ide atau gagasan di dalam pikiran. Lalu dituliskan ke kertas atau diketik pada lembar halaman Ms. Word. Bukan hanya menulis, tapi merangkai ide membutuhkan pemikiran yang keras. Pemilihan kata juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Maksud dan tujuan pun menjadi poin penting. Apalah arti sebuah tulisan tanpa pesan tertentu?

Salah satu istilah yang akhir-akhir ini kerap terdengar adalah academic writing. Kedengarannya sangat berkelas, bukan begitu? Benar, sangat berkelas. Dari segi pemilihan kata, penempatannya, dan segala hal yang membuat tulisan menjadi mangkus dan sangkil.

Ada satu hal yang juga terpikirkan olehku, khususnya salah satu "segmen" pada academic writing yang kerap digunakan, yaitu membuat kutipan. 

Nini (2090) berpendapat ....... Sedangkan Awi (2078) menyatakan bahwa ... Sama halnya dengan Pearl (2066), ia mengatakan bahwa ......

Ilustrasi singkat kutipan masa depan.

Dalam membuat kutipan dari para ahli, diperlukan pemikiran yang jernih dan analisa yang kuat. Dari sekumpulan pendapat, anggaplah, A, B, C, serta D, pendapat tersebut perlu disatukan dalam satu ikatan yang dinamakan paragraf. 

Tentunya, tiap-tiap pendapat punya poin dan titik fokus tersendiri, bukan begitu?

Dari sinilah, pentingnya pemikiran yang jernih serta analisa yang kuat berperan. Dengan berpikir jernih, seseorang akan mampu memaknai dan memahami maksud dari informasi (dalam hal ini, pendapat) yang dibaca. Lebih lanjut, dengan menggunakan teknik analisa yang kuat, maka ia dapat menemukan korelasi maupun kontras antar pendapat tersebut. Barulah nanti, semua informasi yang didapat akan disatukan, dihubungkan dengan konektor yang pas sehingga membentuk paragraf yang apik dan enak dibaca.

Kompleks, sih.

Namun, sejujurnya, bukan itu fokus utama kita saat ini. Kamu dan aku tidak membahas mengenai bagaimana cara menulis dengan baik yang benar, especially in terms of academic writing. Kita akan fokus menelaah pelajaran hidup yang didapatkan dari proses pengutipan yang dijabarkan tadi.

Selama kita hidup, entah sudah berapa banyak informasi yang kita terima. Entah sudah berapa banyak informasi itu memengaruhi kehidupan kita. Tidak jarang, informasi yang kita dapatkan menjadi tolak ukur dalam memutuskan suatu hal dalam hidup kita. Sama halnya dalam proses pengutipan, dalam proses "penafsiran" informasi dalam hidup, kita juga memerlukan pemikiran yang jernih serta analisa yang kuat. Even more than it!

Dengan memiliki pemikiran yang jernih, kita bisa menelaah, mana hal yang harusnya kita pilih, mana hal yang cukup kita simpan saja sebagai informasi, atau mana hal yang harus kita eksekusi. Pun, analisa digunakan dalam memaknai informasi yang didapat. Apa hal yang berpotensi terjadi dengan adanya informasi ini?

Kita memang tidak punya kacamata visioner untuk melihat masa depan. Kita tidak punya kemampuan untuk memprediksi hal yang pasti. Namun, dengan meningkatkan daya analisa terhadap suatu informasi, bukankah hal tersebut bisa membantu kita untuk memperkirakan dampak?

Memperkirakan dampak bukan mengajak kita untuk menjadi overthinking akan masa depan. Namun, mengajarkan kita untuk berpikir dan berpikir dalam melangkah, agar hasil yang didapat paling tidak bisa mencapai titik maksimal, baik. Kalau pun benang merahnya tidak begitu, itu terlepas dari semua pembahasan tadi.

Demikian, benang kusut yang terpintal dari pemikiran akan academic writing, proses pengutipan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Tentang Hari Kemarin

Dan Dia

Kembali Bertemu